Jumat, 17 Desember 2010

WAHAI

Wahai ...
Menemukanmu adalah semburat fajar
kala pekat malam kukira tak kan usai
Wahai ...
Mendapatimu adalah guyuran hujan
kala kebun jiwa kurasa mengering perlahan
Maka, Wahai ...
Kumohon jangan berpaling
sebab kupinta engkau jadi cahaya
hingga tak sesat aku mengeja langkah tuk selusuri jalan gelap menuju-Nya
atau kuharap engkau membentang sayap
mengantar aku ke puncak surga kala ruhku merindu Sang Pencipta

G U L A N A

beku yang membuncah
menjadi dermaga yang tersibak angin, tertatih ombak
sulur-menyulur tiada henti
seakan awangawang tanpa batas tepi
yang hanya mampu menggerutui sendiri

seperti sepi yang kemudian terbang melayang buana
seperti katamu yang hilang ditelan semua kekalutan

kata hati yang tak bisa dibohongi
yang hampir hilang dalam pikirku

mungkin aku yang terlalu yakin dengan sebuah keadaan
hingga gulana menyimpan galaunya

28 MEI 2010

MEMBILANG RASA

Cukup kiranya berbulan-bulan aku pekikkan rasa ini dalam jiwa paling palung
hanya mampu kusimpan seraya kusepuh diamdiam agar tak pernah perih

Rasa ini,
yang mampu membetot nadi
menjadikan nafas tersengal
yang membawa duka dan tangis perlahan

Tuhan,
rupanya terlanjur lama aku membilang rasa ini
cuma menjadikannya seteru dalam hati

Tuhan,
aku melemah dan mulai tak sanggup membilang rasa ini
hati dan air mata mulai habis karena duka membilang rasa ini

Tuhan,
sepenuhnya aku tahu takdir adalah milikMu, begitupun aku

tapi aku masih saja berharap dan menyangka
semua bilangan rasa ini akan keluar menemukan muara dan bahagianya

agar aku pun berhenti menganggapnya sebagai duka

4 SYAWWAL 1431 H

JUJURLAH PADA HATI, PADA HIDUP DAN KEHIDUPAN

'' ketika yang selama ini kau jaga baik-baik telah hilang tertelan sebuah kecerobohan nyata

apa yang kemudian layak untuk lagi dipertahankan

mengapa begitu mudah menciptakan banyak kesenangan

pun sebaliknya begitu sulit untuk jujur pada hidup dan kehidupan

ketahuilah, kehidupan ini berjalan lacur karena begitu cepat memilih keputusan yang demikian ceroboh

lalu seberapa sanggup menyimpan rindu pada banyak cinta? ''



jujurlah pada hati, pada hidup dan kehidupan

atau hanya akan menemui banyak kebuntuan menggapai kasih-Nya

kebaikan yang dilakukan belum tentu berbalas serupa

tapi Tuhan tak pernah tidur, Dia telah mempersiapkan banyak alur lagi untuk dilalui



apakah yang sanggup lagi dipertahankan

tinggallah kepasrahan hidup pada pemiliknya beserta sekian konsekuensi kehidupan

bahwasannya khilaf tak hanya sampai berhenti disitu

sekian banyak konsekuensi telah menunggu, menghajar ego



ketulusan mungkinkah memang sudah tak layak diteruskan

lalu untuk apa masih kita gaungkan sebuah keindahan hidup jika hati kita sudah tak lagi jujur ?



catatan :

* seberapa sanggup menyimpan rindu yang sama pada banyak cinta?

berfikirlah sebelum memutuskan untuk membuat sebuah pilihan

salah jalan hanya akan membawa diri pada nestapa panjang dan sakit,

Jika rasa kerapkali harus melalui beribu rintangan

aku mohon pada Tuhan untuk memberiku sedikit kelapangan

Bukan aku tidak mau berjuang dan bertahan

Niat putih juga butuh waktu untuk diwujudkan

05 NOVEMBER 2010

Kamis, 04 Maret 2010

TAK TAHU APA YANG MESTI DIPINTA

Tuhan,
aku tak tahu apalagi yang mesti aku pinta
terlalu sedih mendalam
terlalu lemah jiwa
Tuhan,
aku tak tahu mesti bagaimana
aku tak punya pilihan

Selasa, 02 Maret 2010

SEBATAS HARAPAN

Pernakah kau tahu
atau mungkin tersadar dengan rindu yang hampir membelah hatimu, menyeruak dalam relungmu?
Itulah kini yang menjelmaku, menjadi bait-bait yang terukir darinya sebatas di kalbu.
Pernah jugakah kau tahu? terduduk di malam panjang sedang tak tau siapa yang akan datang menggenggam jemarimu, mengajarkanmu melukis kembali siluet tentang dua cinta, Tuhan dan makhluk-Nya, dalam biduk kesempurnaan keyakinanmu.
Itulah yang menjadikan separuh jiwaku terpagut dalam diam membisu.
Sebab, aku hanya bisa menunggu.
Aku hanya tahu hidup memiliki banyak pilihan.
Seandainya sekarang aku bisa memilih, ingin kutitipkan saja rindu ini kepadamu, bukan kepada siapa-siapa.
Harapku kau tahu dan mau.

11 Des '09

MENUNGGU RINDU DARI ANGKASA

Senja kala ini
aku menunggu rindu
yang mungkin jatuh dari angkasa
maaf jika aku sering
diselimuti sebuah kata
kejenuhan
tapi tahukah?
Daguku tak berhenti lelah menatap lelangit
yang akan menurunkan rindu dari angkasa
meski sekuat itu tanganku harus menopang
agar aku tak sempat tertunduk
menunggunya

06 Des '09

AKU CUMA SEORANG PEREMPUAN

Aku cuma seorang perempuan
yang harus menerima kenyataan sekalipun pahit
sebab hujan akan menghapus kepahitan itu
dan terganti dengan senyum segaris bulan sabit

Aku cuma seorang perempuan
yang terkadang mesti memburai air mata
demi sesuatu yang menggerus dada
tapi aku tahu
Tuhan tak membiarkankanku
lemah hanya karena tangisan

Aku cuma seorang perempuan
tapi yakin, dengan-Nya
aku tak akan hancur
meski tinggal puing
yang mesti aku rangkai untuk kembali
tersenyum

Aku telah tercipta sebagai seorang perempuan
itu adalah jalanku
dan aku menikmatinya

19 Nov '09

BERILAH AKU TAHU

eruh waktu bergelayut
dengan semua angan tentang semu
Sepenuh sadar aku pun tahu
Kau tak pernah lelah menatapku,
menjadikanku sebuah ketegaran
yang ditempa segala sembilu.
Kemudian onak itu mendarah daging
dan Kau buat akal fikirku sebagai jembatannya.

Tuhan, betapa menggunung dosaku di hadapMu
namun sungguh tak akan ada yang sanggup jauh dariMu, begitu pun aku.
Meski Kau pun tahu, aku terlena oleh segala cobaMu.

Tuhan, berilah aku tahu.

11 Nov '09

TENTANG PEREMPUAN

Tentang perempuan
yang tak pernah lelah
menjaring matahari
menghalau bulan

Bunda,
cinta dan doaku padamu.

190407 11:27
(sempat kehilangan puisi ini, tp skg q tak mau kehilangan untuk yg kedua kalinya..)

UNTUK KAU SIMPAN DI JIWAKU

Bunga cinta telah kau mekarkan sendiri, dengan tanganmu yang tak bisa melepuh meski api telah berkobar.
Kau yang kemudian selalu mengukuhkan hati
dan membingkainya menjadi sebongkah hati penuh cinta.
Selanjutnya untuk kau simpan di jiwaku.

Wahai bundaku..

JOYOGRAND, 10 NOV '09

PELATARAN RINDU

Di pelataran ini tak ada yang mesti kusimpan rapi.
Inginku, semua meluber memenuhi rongga dada.
Agar semua ini tak sempat menyisakan nestapa.

Di pelataran ini tak satupun angin sempat mendesau.
Karena ia hanya semilir yang memainkan sekelopak bunga agar tak berhenti mekar.

Di pelataran ini nyata tak ada apa-apa.
Aku hanya sendiri, terduduk menikmati panorama hidup.

Di pelataran ini, ketika langit mulai menawarkan senja, sampai itulah aku masih menunggu.

Sebab saat malam menyingsingkan lengan untuk sekedar mentari meneranginya, di saat itulah kita akan bertemu.

Karena rinduku masih satu, kepadamu.

08 Nov '09

DENGARLAH

Dengarlah,
di antara kemerisik daun kekeringan
telah kucipta riak kehidupanku
di sana banyak kuukir sketsa tentang banyak hal
Dengarlah,
aku hanya manusia biasa
kadangpun tanpa rasa
hanya memiliki sebuah hati yang berpuyan
karena sering tertimpa hujan yang merabas
Dengarlah,
aku datang membawa serumpun gejolak
sudilah kiranya kau beri aku secuil maaf
bila di suatu masa mulutku, tingkahku, pernah menggoresmu.

Sumbersari, 21 Okt '09